novel

Rabu, 20 Maret 2013

metode menyanyi sebagai penanaman nilai-nilai akhlak


Di dalam UU. No 20 Tahun 2003, pasal 1 ayat 14 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah salah satu upaya pembinaan yang ditujukan untuk anak sejak lahir sampai dengan 6 tahun yang dilakukan memulai pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki jenjang pendidikan lebih lanjut.[1] Berdasarkan Undang-undang tersebut dinyatakan secara jelas bahwa pendidikan usia dini sangatlah penting untuk kelangsungan hidup manusia dimasa depanya.
Pada dasarnya pendidikan di sekolah merupakan bagian dari pendidikan dalam keluarga, yang sekaligus juga merupakan lanjutan dari pendidikan dalam keluarga. Di samping itu, kehidupan di sekolah adalah jembatan bagi anak yang menghubungkan kehidupan dalam keluarga dengan kehidupan dalam masyarakat kelak.[2]
Imam Ghazali dalam bukunya Ihya’ Ulumuddin berkata bahwa “anak adalah amanah bagi kedua orang tuanya". Hatinya yang suci adalah permata yang sangat mahal harganya. Karenanya jika kebaikan di ajarkan dan di biasakan kepadanya, maka ia akan tumbuh pada kebaikan tersebut, dan akan berbahagialah ia di dunia dan di akhirat.[3] Dengan demikian sudah jelas bahwa pendidikan anak adalah suatu tanggung jawab bagi orang tua dan pendidik dalam menanamkan pendidikan yang bernuansa nilai-nilai akhlak yang mulia.
Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang penting, sebagai individu maupun masyarakat dan bangsa, sebab jatuh bangunya suatu masyarakat tergantung kepada bagaimana akhlaknya. Akhlak yang mulia dalam agama Islam adalah melaksanakan kewajiban-kewajiban, menjauhi segala larangan-larangan, memberikan hak kepada Allah, makhluk, sesama manusia dan alam sekitarnya dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian bahwa perlu adanya pembinaan akhlak kepada anak agar anak usia dini memiliki pondasi hidup untuk masa depanya kelak.
Pentingnya menanamkan nilai-nilai akhlak mulia bagi anak usia dini karena pada usia ini anak belum mengetahui mana yang baik dan buruk. sehingga penanaman akhlak oleh guru sangatlah urgen untuk memberikan pengetahuan yang perlu ditanamkan ke dalam jiwa anak.[4] Karena Pertumbuhan dan perkembangan anak pada usia di bawah (usia enam tahun pertama), merupakan periode yang amat kritis dan paling penting. Periode ini mempunyai pengaruh yang sangat mendalam dalam pembentukan pribadinya. Apapun yang terekam dalam benak anak pada periode ini, nanti akan tampak pengaruh-pengaruhnya dengan nyata pada kepribadianya ketika menjadi dewasa.
Pengaruh lingkungan termasuk problema yang sangat berpengaruh bagi anak-anak, baik lingkungan keluarga, teman dan sekitarnya. Dari pengaruh tersebut menimbulkan perilaku yang kerap dilakukan seperti tindakan-tindakan diluar norma-norma akhlak. Seperti yang telah terjadi akhir-akhir ini, segolongan ABG di kota Semarang melakukan aktivitas nongkrong hingga menjelang pagi. Para remaja ini kerap sekali menggelar pesta minuman-minuman keras (Miras). Selain itu, para ABG juga kerap berkelahi ketika ada event musik dan tidak luput pula memalak anak sekolah ketika sepulang dari sekolah.[5] Perangai seperti ini dikarenakan tidak adanya penanaman akhlak sejak usia dini dan tidak ada bimbingaan yang baik dari keluarga, sehingga timbul terjadinya perbuatan diluar batas. Apabila hal ini dibiarkan begitu saja akan berakibat fatal bagi masa depan anak, jadi penanaman akhlak perlu ditekankan dari sejak dini.
Namun, Penanaman akhlak harus disesuaikan dengan karakter perkembangan anak. Hal ini menjadikan penanaman akhlak pada anak usia dini yang sudah dianggap benar oleh orang dewasa sebenarnya tidak sesuai dengan karakter dan perkembangan  anak yang akhirnya anak hanya patuh, namun apa yang di sampaikan tidak tertanam atau terinternalisasi dalam diri anak.
Dalam dunia pendidikan, ada ciri dan cara khusus yang di gunakan agar tujuan pendidikan dapat tercapai. Misalnya, agar dalam proses pendidikan anak bisa menyerap materi yang diberikan tanpa merasa terpaksa dan dipaksa. Maka proses pembelajaranpun harus berjalan sesuai nurani anak-anak yaitu dengan suasana yang menyenangkan dan tentu saja dengan berbagai macam variasi. Jika anak terpaksa dan dipaksa dalam belajar, anak akan menjadi bosan bahkan benci terhadap ilmu pengetahuan karena merasa belajar merupakan kewajiban yang membebankan.[6] Atas dasar itulah metode bermain, bercerita, bercakap (dialog dan Tanya jawab) dan menyanyi menjadi media alternative metode pembelajaran dalam pendidikan anak usia dini.
Metode menyanyi menjadi salah satu metode yang sangat di gemari oleh anak di usia dini, dari metode menyanyi inilah perlu anak di berikan nyanyian yang memiliki nilai-nilai moral bagi anak.[7] Melalui menyanyi yang menanamkan nilai-nilai moral inilah akan membentuk pribadi anak menjadi anak yang berakhlak. Namun Apabila anak-anak menyanyikan lagu dewasa akan berpengaruh terhadap perkembangan kognitif dan emosi anak yang tidak baik.
Sebagai media penyampaian alternative bagi anak, guru perlu memberikan lagu-lagu yang pantas untuk dinyanyikan seorang anak yang bernuansa mendidik seperti lagu, “Satu-Satu Aku Sayang Ibu” anak bisa berhitung sederhana, selain itu juga mengajarkan konsep saling menyanyangi dengan anggota keluarga yang lainya. Demikian juga dengan lagu, “Balonku” anak bisa belajar konsep berhitung serta warna. Dengan lagu “Pelangiku” anak akan mengasah kecerdasan spiritualnya. Dari lagu-lagu yang memiliki nilai-nilai pendidikan, akan secara otomatis pesan-pesan dari lagu tersebut akan tertanam dalam hati dan akan selalu teringat hingga dewasa oleh sang anak. Dan melalui menyanyi dan musik, kemampuan apresiasi anak akan berkembang. Dan melalui nyanyian, anak  akan mengekspresikan segala pikiran dan isi hatinya.[8]
Anak-anak merupakan sosok individu yang mempunyai pikiran yang terbatas dan pengalaman yang sedikit. Mereka hidup dengan akal pikiran dan alam yang nyata, mereka dapat mengetahui dengan salah satu pancaindera, mereka belum dapat memikirkan soal-soal maknawi, soal-soal yang abstrak dan hukum-hukum umum. Anak-anak itu sangat perasa dengan perasaan yang halus dan mudah terpengaruh.
Berkenaan dengan penanaman akhlak yang akan diberikan dan di tanamkan ke dalam jiwa anak, orang tua harus dapat memperhatikan kondisi anak di dalam mendidiknya, sesuai dengan pertumbuhan dan perkembanganya. Orang tua juga sebagai pendidik harus dapat memikirkan dan memperhatikan tahapan-tahapan di dalam memberikan pendidikan agama pada anaknya.
Mengingat pentingnya menyanyi dalam pembelajaran di usia dini. Maka metode menyanyi selalu diterapkan di pendidikan usia dini, seperti halnya di TK Batik PPBI (Persatuan Pengusaha Batik Indonesia) Yogyakarta ini. Metode menyanyi merupakan metode yang menekankan pada kata-kata yang dilagukan dengan suasana yang menyenangkan sehingga anak tidak jenuh dalam mengikuti pembelajaran, dan melalui menyanyi anak akan mudah dalam perkembangan bahasanya secara lebih baik.
Untuk melihat bagaimana metode menyanyi digunakan dalam media pembelajaran dalam menanamkan nilai-nilai akhlak mulia, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian di taman bermain kanak-kanak Batik PPBI (Persatuan Pengusaha Batik Indonesia) Yogyakarta. Di pilihnya lokasi tersebut sebagai lokasi penelitian ini, karena taman kanak-kanak ini merupakan salah satu taman kanak-kanak yang berbasik umum, namun sangat mengedepankan pendidikan agama, hal ini yang menjadi keunggulan dalam TK ini yaitu perpaduan antara ilmu umum dan agama, seperti mempelajari Komputer, bahasa Inggris dan pembelajaran bacaan iqro, pelatihan shalat fardhu dan sholat tahajud dan sebagainya. Selain itu, karena pendidikan anak usia dini memegang peranan penting dan mendasar  sangat menentukan bagi sejarah perkembangan anak selanjutnya, sebab pendidikan usia dini merupakan pondasi dasar bagi pembentukan kepribadian.


[1] Undang-Undang RI nomor 14 tahun 2005 dan Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2008 Tentang Guru Dan Dosen (Bandung: Citra Umbara, 2009), hal. 62
[2] Hasbullah,  Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan  (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), hal. 46.
[3] Sri Harini dan Aba Firdaus Al-Halawani. Mendidik Anak Sejak Dini (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2003), hal. 126.
[4] Hasil Wawancara Pra Penelitian dengan Bapak Sudiyono S.Ag  (Guru TK Batik PPBI Yogyakarta). jam 09.00, Rabu, 18 april 2012.
[5] Agus Joko, Seputar Indonesia. Edisi senin, 7 mei 2012, hal. 11.
[6]Hibana S. Rahman, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini (Yogyakarta: PGTKI Press, 2002), hal. 83.
[7]Sumarno,Pembelajaran Anak Usia Dini Melalui Bermain http://elearning.unesa.ac.id/myblog/alim-sumarno, diunduh  hari, Rabu tanggal 8 maret 2012 jam 13.36.
[8] Hasil Wawancara Pra Penelitian dengan Bapak Sudiyono (Guru TK Batik Yogyakarta).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar