Di
dalam UU. No 20 Tahun 2003, pasal 1 ayat 14 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,
yang menyatakan bahwa pendidikan anak
usia dini adalah salah satu upaya pembinaan yang ditujukan untuk anak sejak
lahir sampai dengan 6 tahun yang dilakukan memulai pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar
anak memiliki kesiapan dalam memasuki jenjang pendidikan lebih lanjut.[1]
Berdasarkan Undang-undang tersebut dinyatakan secara jelas bahwa pendidikan
usia dini sangatlah penting untuk kelangsungan hidup manusia dimasa depanya.
Pada dasarnya pendidikan di sekolah
merupakan bagian dari pendidikan dalam keluarga, yang sekaligus juga merupakan
lanjutan dari pendidikan dalam keluarga. Di samping itu, kehidupan di sekolah
adalah jembatan bagi anak yang menghubungkan kehidupan dalam keluarga dengan
kehidupan dalam masyarakat kelak.[2]
Imam Ghazali dalam bukunya Ihya’ Ulumuddin berkata bahwa “anak
adalah amanah bagi kedua orang tuanya". Hatinya yang suci adalah permata
yang sangat mahal harganya. Karenanya jika kebaikan di ajarkan dan di biasakan
kepadanya, maka ia akan tumbuh pada kebaikan tersebut, dan akan berbahagialah ia
di dunia dan di akhirat.[3] Dengan demikian sudah jelas bahwa pendidikan anak
adalah suatu tanggung jawab bagi orang tua dan pendidik dalam menanamkan
pendidikan yang bernuansa nilai-nilai akhlak yang mulia.
Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia
menempati tempat yang penting, sebagai individu maupun masyarakat dan bangsa,
sebab jatuh bangunya suatu masyarakat tergantung kepada bagaimana akhlaknya.
Akhlak yang mulia dalam agama Islam adalah melaksanakan kewajiban-kewajiban,
menjauhi segala larangan-larangan, memberikan hak kepada Allah, makhluk, sesama
manusia dan alam sekitarnya dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian bahwa perlu
adanya pembinaan akhlak kepada anak agar anak usia dini memiliki pondasi hidup
untuk masa depanya kelak.
Pentingnya menanamkan nilai-nilai akhlak
mulia bagi anak usia dini karena pada usia ini anak belum mengetahui mana yang
baik dan buruk. sehingga penanaman akhlak oleh guru sangatlah urgen untuk
memberikan pengetahuan yang perlu ditanamkan ke dalam jiwa anak.[4]
Karena Pertumbuhan dan perkembangan anak pada usia di bawah (usia enam tahun
pertama), merupakan periode yang amat kritis dan paling penting. Periode ini
mempunyai pengaruh yang sangat mendalam dalam pembentukan pribadinya. Apapun
yang terekam dalam benak anak pada periode ini, nanti akan tampak
pengaruh-pengaruhnya dengan nyata pada kepribadianya ketika menjadi dewasa.
Pengaruh lingkungan termasuk problema
yang sangat
berpengaruh bagi anak-anak, baik lingkungan keluarga, teman dan
sekitarnya. Dari pengaruh tersebut menimbulkan perilaku yang kerap dilakukan
seperti tindakan-tindakan diluar norma-norma akhlak. Seperti yang telah terjadi
akhir-akhir ini, segolongan ABG di kota Semarang melakukan aktivitas nongkrong
hingga menjelang pagi. Para remaja ini kerap sekali menggelar pesta
minuman-minuman keras (Miras). Selain itu, para ABG juga kerap berkelahi ketika
ada event musik dan tidak luput pula memalak anak sekolah ketika sepulang dari
sekolah.[5]
Perangai seperti ini dikarenakan tidak adanya penanaman akhlak sejak usia dini
dan tidak ada bimbingaan yang baik dari keluarga, sehingga timbul terjadinya
perbuatan diluar batas. Apabila hal ini dibiarkan begitu saja akan berakibat
fatal bagi masa depan anak, jadi penanaman akhlak perlu ditekankan dari sejak
dini.
Namun, Penanaman akhlak harus disesuaikan dengan
karakter perkembangan anak. Hal ini menjadikan penanaman akhlak pada anak usia
dini yang sudah dianggap benar oleh orang dewasa sebenarnya tidak sesuai dengan
karakter dan perkembangan anak yang
akhirnya anak hanya patuh, namun apa yang di sampaikan tidak tertanam atau
terinternalisasi dalam diri anak.
Dalam dunia
pendidikan, ada ciri dan cara khusus yang di
gunakan agar tujuan
pendidikan dapat tercapai. Misalnya, agar dalam proses pendidikan anak bisa
menyerap materi yang diberikan tanpa merasa terpaksa dan dipaksa. Maka proses
pembelajaranpun harus berjalan sesuai nurani anak-anak yaitu dengan suasana
yang menyenangkan dan tentu saja dengan berbagai macam variasi. Jika anak
terpaksa dan dipaksa dalam belajar, anak akan menjadi bosan bahkan benci
terhadap ilmu pengetahuan karena merasa belajar merupakan kewajiban yang
membebankan.[6]
Atas dasar itulah metode bermain, bercerita, bercakap (dialog dan Tanya jawab)
dan menyanyi menjadi media alternative metode pembelajaran dalam pendidikan
anak usia dini.
Metode menyanyi
menjadi
salah satu metode yang
sangat di gemari oleh anak di usia dini, dari metode menyanyi inilah perlu anak
di berikan nyanyian yang memiliki nilai-nilai moral bagi anak.[7] Melalui menyanyi yang menanamkan
nilai-nilai moral inilah akan membentuk pribadi anak menjadi anak yang
berakhlak. Namun Apabila anak-anak menyanyikan lagu dewasa akan berpengaruh
terhadap perkembangan kognitif dan emosi anak yang tidak baik.
Sebagai
media penyampaian alternative bagi anak, guru perlu memberikan lagu-lagu yang
pantas untuk dinyanyikan seorang anak yang bernuansa mendidik seperti lagu, “Satu-Satu
Aku Sayang Ibu” anak bisa berhitung sederhana, selain itu juga mengajarkan
konsep saling menyanyangi dengan anggota keluarga yang lainya.
Demikian juga dengan lagu, “Balonku”
anak bisa
belajar konsep berhitung serta warna. Dengan lagu “Pelangiku” anak akan
mengasah kecerdasan spiritualnya. Dari lagu-lagu yang memiliki nilai-nilai
pendidikan, akan secara otomatis pesan-pesan dari lagu tersebut akan tertanam
dalam hati dan akan selalu teringat hingga dewasa oleh sang anak. Dan melalui
menyanyi dan musik, kemampuan apresiasi anak akan berkembang. Dan
melalui nyanyian, anak akan
mengekspresikan segala pikiran dan isi hatinya.[8]
Anak-anak
merupakan sosok individu yang mempunyai pikiran yang terbatas dan pengalaman
yang sedikit. Mereka hidup dengan akal pikiran dan alam yang nyata, mereka
dapat mengetahui dengan salah satu pancaindera, mereka belum dapat memikirkan soal-soal
maknawi, soal-soal yang abstrak dan hukum-hukum umum. Anak-anak itu sangat
perasa dengan perasaan yang halus dan mudah terpengaruh.
Berkenaan
dengan penanaman
akhlak yang akan
diberikan dan di tanamkan ke dalam jiwa anak, orang tua harus dapat memperhatikan
kondisi anak di dalam mendidiknya, sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembanganya. Orang tua juga sebagai pendidik harus dapat memikirkan dan
memperhatikan tahapan-tahapan di dalam memberikan pendidikan agama pada
anaknya.
Mengingat
pentingnya menyanyi dalam pembelajaran di usia dini. Maka metode menyanyi
selalu diterapkan di pendidikan usia dini, seperti halnya di TK Batik PPBI
(Persatuan Pengusaha Batik Indonesia) Yogyakarta ini. Metode menyanyi merupakan
metode yang menekankan pada kata-kata yang dilagukan dengan
suasana yang menyenangkan sehingga anak tidak jenuh dalam mengikuti
pembelajaran, dan melalui menyanyi anak akan mudah dalam perkembangan bahasanya secara lebih baik.
Untuk
melihat bagaimana metode menyanyi digunakan dalam media pembelajaran dalam menanamkan nilai-nilai akhlak mulia, maka penulis
tertarik untuk mengadakan penelitian di taman bermain kanak-kanak Batik PPBI
(Persatuan Pengusaha Batik Indonesia) Yogyakarta. Di
pilihnya lokasi tersebut
sebagai lokasi penelitian ini, karena taman kanak-kanak ini merupakan salah
satu taman kanak-kanak yang berbasik umum, namun sangat
mengedepankan pendidikan agama, hal ini yang menjadi keunggulan dalam TK ini
yaitu perpaduan antara ilmu umum dan agama, seperti mempelajari Komputer,
bahasa Inggris dan pembelajaran bacaan iqro, pelatihan shalat fardhu dan sholat
tahajud dan sebagainya.
Selain itu, karena pendidikan anak usia dini memegang peranan penting dan
mendasar sangat menentukan bagi sejarah
perkembangan anak selanjutnya, sebab pendidikan usia dini merupakan pondasi
dasar bagi pembentukan kepribadian.
[1] Undang-Undang RI nomor 14 tahun
2005 dan Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2008 Tentang Guru Dan Dosen (Bandung: Citra Umbara, 2009), hal. 62
[3] Sri Harini dan Aba Firdaus
Al-Halawani. Mendidik Anak Sejak Dini
(Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2003), hal. 126.
[4] Hasil Wawancara Pra Penelitian
dengan Bapak Sudiyono S.Ag (Guru TK Batik PPBI Yogyakarta). jam 09.00, Rabu,
18 april 2012.
[6]Hibana
S. Rahman, Konsep Dasar Pendidikan Anak
Usia Dini (Yogyakarta: PGTKI Press, 2002), hal. 83.
[7]Sumarno,”Pembelajaran Anak Usia Dini Melalui Bermain” http://elearning.unesa.ac.id/myblog/alim-sumarno, diunduh hari, Rabu tanggal 8 maret 2012 jam
13.36.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar